Rabu, 23 Juli 2008

Sejarah Berdirinya Boedi Oetomo

Sejarah Berdirinya Boedi Oetomo

Perkumpulan Boedi Oetomo berdiri tahun 1908. ‘Kelahiran’ ini dijadikan bangsa kita sebagai pijakan awal sejarah pertama kali lahirnya kebangkitan nasional Indonesia sebagai bangsa modern.

Pergerakan ini merupakan pergerakan modern pertama kali lahir di zaman penjajah Hindia Belanda. Kata ‘modern’ di sini penting kita maknai. Gerakan ini dikatakan modern bukan hanya karena digulirkan oleh orang-orang kalangan terpelajar, kaum aristokrat, keturunan priyayi Jawa, atau kalangan mahasiswa terpelajar tergabung dalam Stovia, yang dipandang bergengsi dan berpenampilan modern saat itu. Bahwa pergerakan itu digagas kalangan priyayi terpelajar memang sudah sewajarnya, sebagai konsekuensi dari kesadaran kultural dan intelektual mereka, yang juga dapat kita temukan di mana-mana, seperti di Eropa pada abad pertengahan.

Lebih penting dari itu, dikatakan modern karena memang pergerakan Boedi Oetomo membawa ajaran dan memiliki substansi nilai pergerakan bersifat modern. Membangkitkan kesadaran politik rakyat, melalui pendidikan, perbaikan kualitas kesehatan, memperbaiki perikehidupan ekonomi rakyat, memajukan budaya dan sosial-kemasyarakatan, melalui cara-cara modern, membentuk perkumpulan, berserikat, berkumpul, berasosiasi dan berpolitik warga negara.

Kalau kita sejajarkan dengan konsepsi politik modern sekarang, gerakan ini barangkali dapat kita samakan dengan gerakan-gerakan untuk memperbaiki nasib hidup rakyat. Yakni dengan cara-cara berpolitik yang demokratis, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, memperjuangkan partisipasi politik rakyat untuk mengubah nasib hidup, memenuhi kebutuhan dan hak-hak dasar dalam hidupnya. Cara-cara berpolitik memperjuangkan nasib hidup rakyat dengan cara-cara yang demokratis, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, menghargai harkat dan martabat rakyat dan warga bangsa, bisa disebut sebagai praktik atau laku ber-Boedi Oetomo pada zaman sekarang. Dalam tataran ideal konsepsional barangkali hal itu telah kita pahami bersama. Tetapi, dalam tataran praktik, berbudi, atau berlaku, barangkali masih jauh dari kenyataan.

Dari sudut pandang ini, kebangkitan nasional sesungguhnya adalah masalah watak atau karakter bangsa. Yaitu praktik kultural yang mencerminkan kesatuan, koherensi atau konsistensi idealisme dan praktik, konsepsi dan tingkah laku, dalam memandang dan memperlakukan rakyat dan warga bangsa. Memperjuangkan nasib hidup rakyat, dengan cara-cara sedemikian rupa sehingga meningkatkan harkat dan martabat, menghargai pendapat dan aspirasi politik, menumbuhkan kebanggaan dan harga diri, menjunjung tinggi kebutuhan dan hak-hak asasi mereka, adalah praktik, atau laku politik ber-Boedi Oetomo atau politik berwatak mulia.

Karakter demikian dibentuk oleh kesadaran kultural atau kesadaran akan kesejarahan, maka kita akan mampu mempertajam visi, pandangan kultural, wawasan kebangsaan kita ke depan, dari pelajaran-pelajaran penting yang bisa kita petik dari sejarah yang melatarbelakangi lahirnya peristiwa-peristiwa besar dalam perjalanan hidup bangsa. Dalam perhelatan peringatan hari kebangkitan nasional kita sekarang ini, tampaknya kesadaran ini belum kita temukan benang merahnya.

Mengingat sebuah peristiwa besar, hari kebangkitan nasional, bukan hanya menapaki jejak-jejak langkah kaki pelaku sejarah, seperti napak tilas jejak-jejak langkah para pendahulu kita dalam jalan-jalan yang dilalui, rumah-rumah yang ditempati, alat-alat yang ditinggalkan, mencari benda-benda arkeologis, artefak-artefak yang mereka tinggalkan, untuk dijadikan monumen semata. Jiwa-jiwa suci para perintis kebangkitan, pelopor pergerakan nasional, pendiri republik pasti akan menjerit sedih dan menangis kalau kita hanya mengambil pelajaran sejarah hanya sebatas artifisial seperti itu.

Lebih dari itu, mengingat sejarah haruslah sampai pada penemuan arti dan makna sejarah, dari semangat dan spirit kejiwaan yang mendasarinya, mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa besar yang mereka ciptakan itu, untuk dipetik hikmahnya dalam mem-visi, menata dan meniti kehidupan bangsa ke depan. Mengingat, mewawas diri, mengambil hikmah pelajaran dari sejarah masa lalu kita sangatlah penting, karena hanya dengan itu kita bisa melakukan perubahan dan transformasi menuju kehidupan lebih baik ke depan.

Demikian itu penting, karena memasuki pertengahan abad 21 ini, tantangan kita sebagai bangsa sangatlah besar, khususnya dalam memajukan demokrasi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Demokrasi atau penguatan institusi politik kita secara demokratis, merupakan keniscayaan, harus kita kembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama menghadapi kekuatan pasar global, yang selama ini telah memperlemah institusi negara dan membuat rentan masyarakat kita. Sementara itu, di sisi lain, kita juga menghadapi tuntutan hidup rakyat yang semakin meningkat, dengan segala kebutuhan, kepentingan, hak-hak asasi, aspirasi, idealisme dan cita-cita mereka untuk hidup lebih baik, maju dan sejahtera, yang harus diakomodasi oleh demokrasi kita.

Menghadapi tantangan ini, dalam berbangsa dan bernegara ke depan, kita harus ber-Boedi Oetomo, berlaku utama, berkarakter mulia, memvisi, menata dan meniti kehidupan yang begitu berubah-ubah ini. Tentu dengan penuh antusias, optimis, dilandasi semangat, spirit kejiwaan dan etos kerja mendahulukan kebutuhan dan hak-hak dasar dalam hidup warga negara. Juga memajukan demokrasi dan kesejahteraan rakyat menuju kebangkitan dan kemandirian nasional kita.

Tidak ada komentar: