Selasa, 29 Juli 2008

Kebangkitan nasional yang ke 100

Ada yang yang tersisa di rongga dada kita saat kita menyambut hari Kebangkitan Nasional . Yaitu sebuah semangat kepahlawan pemuda Indonesia untuk bangkit melakukan pergerakan nasional. Sikap yang menggetarkan dada pemuda Indonesia ketika itu adalah patriotisme atau sikap yang bersedia mengorbankan segalanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah air.

Dan kebangkitan itu sudah genap seratus tahun perjalanan pemuda Indonesia menggalang pergerakan nasional yaitu kebangkitan untuk berjuang melakukan perbaikan.

Sejarah mencatat lahirnya organisasi Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 oleh sejumlah tokoh ketika itu diantaranya pemuda Sutomo, dr. WahidinSudirohusodo, Cipto Mangukusumo dan yang lainya merupakan pelopor munculnya kebangkitan nasional. Tanggal berdirinya Boedi Oetomo ditetapkan sebgai Hari Kebangkitan Nasional. Ini dilakukan untuk mengingatkan terbentukan pergerakan nasional pertama di In donesia yaitu Budi Oetomo.

Pendirian organisasi tersebut pada awalnya bertujuan untuk mengumpulkan dana demi membiayai pemuda-pemuda bumiputera yang pandai tapi miskin (studie founds). Atas dorongan dr. Wahidin Sudirohusodo dan pemuda lainnya di STOVIA (sekolah kedokteran zaman Belanda) akhirnya berdiri Budi Oetomo yang merupakan cikal bakal pergerakan nasional pertama untuk kebangkitan nasional yang hari ini Minggu (20/5) kita peringati.

Masih dibutuhkankah semangat kebangkitan itu ? Kalau doloe pemuda melakukan pergerakan nasional atau kebangkitan nasional demi meraih kemerdekaan. Kini kemerdekaan telah kita raih dengan mengorbakan tetes darah dan nyawa para pahlawan. Pantaskan pemuda kita sekarang ini duduk santai atau nongkrong mengisi waktu dengan kegiatan yang tidak bermanfaat apalagi sampai terjerumus kedunia hitam seperti penyalahgunaan narkoba. Jawabnya jelas tidak pantas.

Wakil Gubernur KDKI Jakarta Fauzi Bowo dalam tayangan iklan sejumlah televisi menegaskan semangat kebangkitan masih kita butuhkan. Calon Gubernur itupun mengajak hari kebangkitan nasional momentum untuk bersatu membangun ibukota Jakarta yang lebih baik untuk semuanya.

Ajakan calon Gubernur itu hendaknya disikapi secara baik. Bukan sebalinya terutama dalam menjelang pilkada beberapa bulan mendatang. Seringkali di beberapa daerah pelaksanaan pilkada ricuh karena lunturnya semangat kebersamaan dan persatuan. Hendaknya kejadian itu tidak berimbas di ibukota Jakarta. Sebab bila itu terjadi akan menjadi sorotan di mata internasional mengingat Jakarta merupakan barometer Indonesia.

Memang dalam perjalanan anak bangsa menuju cita-citanya seringkali diwarnai carut marut. Drama perjalanan anak negeri sering diwarnai pergolakan. Terutama sejak era reformasi dimana demokrasi lebih dikedepankan. Hak setiap orang harus dihargai meski seringkali menjadi kebablasan. Ibarat biduk perahu banyak pihak berharap perjalanan biduk perahu bangsa ini berlabuh ke pulau harapan, biarpun banyak badai yang menerpa. Tetapi, apapun yang terjadi dengan sang perahu. Nakhoda dan para penumpangnyalah yang punya peran dan yang menentukan. Hendaknya semangat kebangkitan nasional yang digelorakan para pejuang kita tempoe doleo jangan sampai luntur. Sebab kebangkitan nasional yang dipelopori para pemuda itu pada puncaknya melahirkan sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.

Ini jelas kebangkitan yang muncul mengedepankan nilai-nilai persatuan. Begitupun kita dalam menyambut hari kebangkitan nasional dapat mengambil hikmah bahwa kebebasan berserikat maupun mengeluarkan pendapat hendaknya tetap menghargai hak-hak orang lain. Hal-hal yang dapat dicontoh kepada generasi muda dewasa ini rajin-rajinlah engkau belajar untuk mencapai cita-cita. Rukun dengan sesama teman dan peduli kepada lingkungan sekitar dan ikhlas melaksanakan tugas serta pantang menyerah dalam mencapai cita-cita. Bila itu sudah dilaksanakan Insya Allah semangat kebangkitan yang kita peringati hari ini akan membawa manfaat untuk kita semua saat ini maupun masa mendatang.

Tidak ada komentar: