Jumat, 01 Agustus 2008

Kisah perjuangan Pak Jaya

Kisah perjuangan Pak Jaya

Pak Jaya adalah seorang pejuang Kemerdekaan. Pada zaman revolusi fisik yang terjadi pada tahun1945 sampai tahun 1950 Pak Jaya ikut Bergerilya bertempur melawan penjajah. Banyak cerita Pak Jaya yang mengisahkan keberanian Pahlawan-pahlawan kita dalam berbagai medan Pertempuran.

Suatu hari Saya dan kawan-kawan berkunjung ke rumah Pak Jaya. Mereka ingin mendengarkan kisah-kisah perjuangan Pak Jaya.

“Selamat sore,Paman”,Saya Bertanya.

Selamat sore,Wah ada apa ini?”Pak Jaya menyambut kedatangan saya dan kawan-kawanku dengan ramah.

“Dahulu Paman pernah mengisahkan pengalaman Paman pada waktu bertempur melawan Belanda pada tanggal 1 maret 1949. Kami ingin mendengarkan kisah-kisah perjuangan yang lain pada zaman perang kemerdekaan dulu”,Tanyaku

“Bagus-bagus mari kita duduk disini”,Pak Jaya menyuruh Saya dan kawan-kawan duduk diteras rumah”. paman senang sekali kalian datang kesini untuk mendengarkan kisah-kisa perjuangan. Dengan memahami kisah perjuangan itu, kalian akan lebih mengormati jasa-jasa pahlawan kita.”Pak jaya hendak bercerita.

“Pada tahun 1948 Paman bergerilya di daerah Jawa timur, yaitu didaerah Malang. Pada waktu itu Paman masuk kesatuan Kompi II dari Batalion Sunandar. Paman masih ingat bahwa Komandan Kompi II adalah Letnan Soemadi. Peristiwa yang sangat penting yang Paman ingat benar adalah pada waktu perang bergerilya di daerah Malang. Itu adalah Pertempuran memperebutkan pusat pembangkit Listrik di Mendalan.”

“Paman dan kawan-kawan dibawah Komando Letnan Soemadi maju terus menyerang musuh. Kira-kira pukul 03.00 Belanda bertahan mati-matian. Pada waktu itu terjadi perang satu lawan satu. Paman ikut terlibat dalam perkelahian perorangan yang sengit, perkelahian menyabung nyawa itu benar-benar memerlukan keberanian yang luar biasa. Tiba-tiba Paman jatuh terjerembab ke depan. Dengan cepat Paman membalikkan badan. Seorang serdadu Belanda, bertubuh tinggi siap menancapkan ujung bayonetnya ketubuh Paman. Dengan gerakan refleks Paman bergeser dari tusukan maut itu. Alhamdulillah Tuhan masih melindungi Paman. Bersamaan dengan itu serdadu Belanda yang siap menancapkan Bayonetnya ke tubuh Paman itu tersungkur ke tanah. Paman lihat Letnan Soemadi bergegas menarik lengan Paman sambil berkata. “Kau kena?” Dengan cepat Paman menjawab, “Tidak Let, terima kasih”. Kami berdua segera menghindar ke tempat yang aman. Pertempuran pagi itu berlangsung kira-kira pukul 05.00 pagi.”

“Itulah Pengalaman Paman yang tidak dapat Paman lupakan waktu bergerilya di Zaman perang dahulu. Pengalaman-pengalaman seperti itu tentu dapat pula dialami oleh para pejuang di seluruh Indonesia. Sekarang Negara kita sudah merdeka. Tugas kalian adalah melanjutkan tugas Paman yang dahulu, yaitu dengan mengisi kemerdekaan ini dengan pembangunan di segala bidang. Untuk itu kalian harus giat agar menjadi orang yang pandai. Kelak apabila kalian sudah selesai sekolah, kalian dapat bekerja membangun Negara kita.”